*tok tok tok

”Assalamualaikum. ” terdengar suara ucapan salam yang Gw kenali adalah suara Bu Nisa.

”Sinta? Ada di dalem gak? ” tanyanya dari luar.

Kak Sinta panik, bingung harus bagaimana. Dia secepat mungkin meraih seluruh pakaiannya berniat untuk memakai pakaiannya kembali.

Tapi dengan sigap Gw genggam tangannya. Meyakinkannya dengan tatapan mata Gw bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Gw meraih HP Gw lalu menelepon Bu Nisa.

*tuuttt,, tuuttt

”Halo, Jak? Kamu dimana. ” tanya Bu Nisa.

”Saya di ruangan TU sama Bu Sinta, Bu. Ibu lagi sama siapa? ”

”Ihh, pantes dikunci. Saya sendiri nih. ” jawabnya.

”Ibu mau gabung gak? ” ajak Gw.

”Ihh, kamu lagi ngentot ya? ” tanya Bu Nisa dengan suara pelan agar tidak ada yang mendengarnya.

”Iya, Bu. Ehh anak-anak udah pada pulang kan bu? ”

”Udah, Jak. Tapi dibawah masih ada beberapa orang sih. ”

”Yaudah, saya bukain kuncinya terus ibu masuk ya. ” perintah Gw.

Gw mengangguk untuk meyakinkan Kak Sinta bahwa semua baik-baik saja. Dia menjatuhkan semua pakaian yang dia pegang tadi.

Lalu Gw membuka kunci pintu ruang TU dari dalam untuk membukakan pintu dan menyuruh Bu Nisa segera masuk karena takut ada orang lain yang melihatnya.

”Dasar kamu, Jak. Saya cari-cariin dari tadi malah telanjang berdua disini sama Sinta. ” ucapnya sambil menaruh barang-barangnya di meja yang ada di ruangan itu.

Melihat Kak Sinta panik, Bu Nisa pun menenangkannya.

”Udah, Sin. Gapapa. Santai aja sama saya kok. Saya udah beberapa kali malah nikmatin kontolnya Jaka. ” ucapnya.

Dengan masih merasa sedikit panik, Kak Sinta yang tadi menutupi toket dan memeknya dengan tangan kini telah membiarkan kedua benda itu terekspos kepada kami berdua.

”Sin, di bibir kamu masih ada pejunya Jaka tuh. Elap ihh. Hahahaha. ” canda Bu Nisa.

”Ihh ibuuu. Malu ihh ngomongnya begitu. ” ucap Kak Sinta sambil mengelap sisa peju Gw yang masih membekas di bibirnya.

”Kamu tuh yaa, saya cari-cariin dari tadi. Saya udah sange tauu dari semalem. Ternyata disini lagi sama orang baru. ” ucap Bu Nisa protes kepada Gw.

”Sebenernya juga saya enggak ada niatan, Bu. Orang tadinya saya ngobrol aja disini sama Kak Sinta. Ehh malah begini. ”

”Lagipula, saya juga masih capek, Bu. Semalem dihajar abis-abisan sama Bu Lena. ” lanjut Gw.

Kini Kak Sinta yang tadinya berdiri mulai duduk untuk bergabung dalam obrolan kami bertiga.

”Kamu udah tau, Sin? Antara aku, Jaka sama Bu Lena. ” tanya Bu Nisa ke Kak Sinta.

”Udah, Bu. Tadi aku cerita-cerita sama Jaka. Terus aku horny dengernya makanya kami bisa begini. Hihihi. ”

”Kamu udah dientot Jaka, Sin? ” tanya Bu Lena.

”Belom kok, Bu. Baru disepong doang. ” jawab Gw langsung untuk meluruskan pemikiran Bu Nisa.

”Kan saya bilang, saya masih capek bekas semalem. ” sambung Gw. Terlihat Kak Sinta melirik Gw, entah apa arti lirikannya.

”Yahh, padahal saya lagi kepengen banget nih, Jak. ” ucap Bu Nisa kecewa.

Suasana ruangan menjadi hening sebab tidak ada obrolan diantara kami bertiga. Tapi melihat Kak Sinta yang terlanjur bugil, Gw mempunyai ide cemerlang.

”Kenapa enggak ibu main sama Kak Sinta? ”

Dan . . .

”Hahh??? ” ucap mereka kaget.

”Ya, iya. Ibu kan lagi kepengen, Kak Sinta juga lagi nanggung tuh. Kenapa enggak kalian berdua aja yang main? Saya tontonin aja dari sini. ” jelas Gw memberikan ide cemerlang Gw.

Bu Nisa mulai melirik tubuh Kak Sinta mulai dari atas sampai bawah. Kak Sinta terlihat malu-malu sambil menekuk lututnya dan meremas jari jemarinya.

”Saya belum pernah nyoba sih. ” ucap Bu Nisa.

”Kamu gimana Sin? Mau gak? ” tanyanya.

”Hmmm. Saya sih emang lagi nanggung, Bu. ”

Bu Nisa bangkit dari duduk ya. Perlahan dia menghampiri Kak Sinta. Diajaknya Kak Sinta untuk berdiri agar Bu Nisa mudah melancarkan permainannya.

”Santai aja ya, Sin. Kita sama-sama bersyahwat. ” ucap Bu Nisa sambil memberikan senyum manis kepada Kak Sinta.

”Iya, Bu. Hihihi. ” jawab Kak Sinta sambil malu-malu.

*Cupps

Bu Nisa mencium bibir manis Kak Sinta. Kak Sinta pun menikmatinya hingga memejamkan matanya.

*Cuppss

*Cuppss

”Bibir kamu enak banget, Sin. ” ucapnya.

”Ahh, Ibu bisa aja. ”

Melihat sesuatu yang hot seperti itu, Gw pun mulai mengocok kontol Gw perlahan.

*Mmphhhh

*Mmmppphhhhh

Kini mereka mulai melakukan frech kiss dengan begitu panasnya. Seperti biasa, Bu Nisa melakukan trik nya dengan memutar-mutar lidahnya melingkari lidah Kak Sinta lalu menyedot lidahnya hingga Kak Sinta terkaget-kaget menikmati hal itu.

Sudah **s Bu Nisa menikmati mulut Kak Sinta. Kini Bu Nisa melancarkan serangan ke leher Kak Nisa yang putih bersih itu. Dikecupnya lalu dijilatinya hingga Kak Sinta merasa kegelian.

”Shhh, Buuuukkk. ”

”Geliii bangett Buuuukkk. ”

”Sshhhhhh,,, Ahhhhh. ”

Tak diam, tangan Kak Sinta menggerayangi punggung Bu Nisa yang masih terbungkus pakaiannya. Tangan Bu Nisa tidak tinggal diam. Di remasnya pantat indah Kak Sinta yang bahkan belum Gw jamah.

”Gimana? ” tanya Bu Nisa setelah **s menikmati leher jenjang Kak Sinta.

”Enakk, Buuu. ” ucapnya kegirangan.

”Ouuhhhh. ” erang Kak Sinta saat Bu Nisa menikmati kedua toketnya. Disedotnya bergantian sambil menjilat pentilnya yang coklat itu.

”Ukhhh,, Buuu,, Telanjang juga doong. ”

Bu Nisa menghentikan aktifitas menyusunya sementara. Kini ia melepaskan satu persatu pakaiannya. Kak Sinta juga ikut membantu Bu Nisa melepaskannya. Hingga sampai Bu Nisa melepas BH nya, Kak Sinta dengan sigap meraih kedua toket besar Bu Nisa dan meremas-remasnya.

”Pantes kamu suka, Jak. ” ucap Kak Sinta.

”Punya Bu Nisa gede begini. Terus pentilnya pink, ishh lucu bangett. ” tambahnya.

*Slurppp

*Slluurpppp

Sama seperti Bu Nisa tadi, kini Kak Sinta mulai menikmati kedua buah dada milik Bu Nisa yang terpampang jelas tanpa ditutupi pakaiannya.

”Ahhh, enak juga jilatan kamu, Sin. ”

”Tuh kan, Kak. Bu Nisa juga bilang Sin. Hahaha. ” ucap Gw mengarah kepada panggilan Bu Nisa yang memanggil Kak Sinta dengan sebutan Sin untuk menyingkatnya yang memiliki arti dosa atau kesalahan.

”Au ih ibu, mentang-mentang aku lagi berbuat dosa. ” ucapnya disela-sela isapannya pada kedua toket Bu Nisa.

Melihat hal ini yang semakin menggairahkan. Dengan segera Gw mengambil HP Gw dengan niat untuk mengabadikan momen indah ini.

*Ckkrekk

Suara kamera Gw saat mengambil foto itu.

Kaget. Kak Sinta langsung berhenti menikmati toket Bu Nisa dan berdiri mematung menatap Gw. Gw lupa bahwa Kak Sinta mempunyai trauma akan foto saat melakukan aktivitas sex seperti ini. Melihat hal itu Bu Nisa kembali menenangkan Kak Sinta dengan kata-katanya.

”Gapapa, Sin. Jaka bisa dipercaya kok. Jaka mah orang baik, gak mungkin jahatin kita. ” kata Bu Nisa menenangkan Kak Sinta.

Kak Sinta masih terdiam, dari sorot matanya terlihat dia seperti memikirkan sesuatu. Tanpa babibu, tangan Bu Nisa langsung menggerayangi memeknya yang sudah basah sedari tadi.

*Oohhckkk

Digesek-geseknya memek Kak Sinta dengan tangan kanannya. Sembari dijilatinya leher Kak Sinta yang sudah basah dengan peluhnya.

Tak bisa berbuat apa-apa, Kak Sinta hanya terpejam mendangak ke atas bahkan mulutnya kini menganga lebar menikmati service dari Bu Nisa.

”Ahh,, ahhh. Hennakk Buuuuu. ”

Kini dua jadi sudah masuk ke dalam liang senggama Kak Sinta. Disodok-sodoknya lubang kenikmatan itu hingga terdengar dalam telinga Gw bunyi kocokan Bu Nisa ditambah cairan memek Kak Sinta.

*Crekk crekk crekk

Agar menambah rasa nyaman, Bu Nisa mengajak Kak Sinta untuk duduk di lantai. Lalu dikangkanya kedua paha Kak Sinta agar Bu Nisa lebih leluasa untuk mengobok-obok memeknya.

Semakin panas, Gw merekam adegan itu untuk mengenang masa-masa indah ini. Semakin binal lah Kak Sinta dibuatnya. Hingga diujung kenikmatannya, Kak Sinta mengerang hebat.

”Ahhh, Buuukkkk. Saya mau keluaarrr. ”

Dengan cepat Kak Sinta meraih pundak Bu Nisa dan memeluknya erat. Bu Nisa semakin mempercepat gerakan tangannya hingga.

”Ahhh ahhhhhh. ” erang Kak Sinta menikmati orgasmenya hingga pinggulnya bergerak tak karuan dan tubuhnya gemetar.

”Hahhh, huhhhh. Nikmat banget Buu. ” ucap Kak Sinta memuji service yang diberikan Bu Nisa.

Lalu Bu Nisa merebahkan tubuh Kak Sinta yang terkulai lemas sehabis merasakan orgasme pertama yang dilakukan bersama seorang perem**n.

”Keren banget, Bu. Pernah sama perem**n yah?? Hahahaha. ” komen Gw.

”Ahh, ini baru pertama kok. ” jawabnya.

”Ajak Bu Lena gak nih, Bu? ” tanya Gw.

”Jangan ihh, dia kan abis nikmatin kamuu. Masa enak banget sekarang dia main lagi. ”

”Ya enggak doong, kan ibu yang bikin nikmat nanti kayak Kak Sinta. ”

”Gak mau ahh. Orang saya juga mau dapet enaknya masa saya yang bikin nikmat. Ini aja saya belom dapet Sinta udah tidur tuh. ” ucap Bu Nisa sambil menunjuk Kak Sinta yang sudah tertidur setelah menikmati orgasmenya.

”Yaudah sini ibu sama saya. Tapi ibu aja yahh, sayanya diem aja. ”

Lalu Bu Nisa bangkit menghampiri Gw. Toket besarnya menggantung begitu menggoda untuk dinikmati. Pantatnya yang bohai bergeal-geol seirama dengan langkah kakinya.

Bu Nisa berlutut, menikmati kontol Gw yang sudah berdiri tegak karena melihat permainannya dengan Kak Sinta.

*Mmphh

Mulutnya kini dipenuhi dengan kontol Gw. Disepongnya kontol Gw dengan asik, lalu dia menjilati kantung zakar Gw dan diemutnya. Dikulum, hingga nafsu Gw bangkit dari tidurnya.

Lalu Bu Nisa bisa menduduki kontol Gw dengan leluasa. Gw tarik tangannya lalu menuntun untuk segera melakukan aktivitas entot-mengentot itu.

*Blesss

”Ohhh, Jakkkk. Kontolmu bikin nagihhh. ” ujarnya.

”Memek ibu jugaa. Enak bangett. ”

Bu Nisa menaik turunkan tubuhnya. Gw hanya duduk berdiam menikmati goyangannya. Sambil Gw menjilati toketnya yang ranum itu.

”Ohh, Jak. Enak banget rasanya kalo ada yang nyusu sama aku. ”

”Makanya ini saya nyusu sama ibu, biar ibu tau bagaimana rasanya menyusui. Hahaha. ”

”Ohh, Jaakk. Enak banget. ”

*Plok plok plok plok

Bu Nisa melingkarkan kedua tangannya di leher Gw. Inilah yang Gw suka dari Bu Nisa. Selalu menciptakan momen romantis dalam perzinahan kami.

*Mmpphhh

Kami berciuman. Lidah kami berputar-putar mengikuti arahan Bu Nisa hingga kadang air liur kami menetes keluar.

”Mmphh, Jhakk. Enak banget Jakk. ”

”Cepetin lagi Buu. ”

*Plok plok plok

Suara paha kami bertabrakan

”Jak, aku udah mau nyampe. ” ujarnya.

”Sama Buuu. ” balas Gw.

”Uhhh, Jakk. Ahhhh,, ahhhh,, ahhhh. ”

”Buuu. ”

*Crottt croottt

*Serrrr

”Ohhh, Jaakk. ” ucapnya sambil merangkul erat Gw.

”Ehhh. ” ucap Kak Sinta terbangun dari tidurnya, kaget. Dia melihat kami tergulai lemas setelah melakukan perzinahan.

”Ihh, Bu Nisa curaangg. Masa Bu Nisa ngentot sama Jakaaa. ” ucapnya protes.

”Yaa lagian kamu abis saya bikin crot langsung tidur. Huuu. ” jawab Bu Nisa.

”Hehehe, maaf. Abis enak banget sih, Bu. Puas memek saya diobok-obok ibu. Hihihi. ”

”Kak, sini. ” ajak Gw.

Lalu Kak Sinta menghampiri Gw lalu gw suruh duduk di sebelah kiri Gw. Gw pun menuntun Bu Nisa untuk duduk di sebelah kanan Gw.

”Kita abadikan momen ini ya. Gapapa kan, Kak? ” tanya Gw ke Kak Sinta.

”Hmm, gapapa deh, Jak. Saya percaya kamu, Jak. ”

Lalu kami mengabadikan momen itu bersama. Kami mengambil beberapa foto bertiga untuk mengenang pertama kalinya Bu Sinta bergabung bersama kami.

Kamipun menyudahkan aktivitas dosa itu dengan menggunakan pakaian masing-masing. Sekolah sudah sangat sepi. Tapi tetap saja Gw khawatir.

Gw melangkahkan kaki keluar diikuti oleh Bu Nisa dan Kak Sina, tidak ada orang disepanjang lorong. Lalu Gw menuju ruang guru perlahan, tidak ada suara siapapun disana. Merasa bahwa keadaan aman, kami pun turun ke bawah.

Dibawah Gw bertemu dengan Bang Sani yang sedang mengepel lantai.

”Bang. ” panggil Gw.

”Iya, Pak. ”

”Udah dibilangin Bu Lena belom? ” tanya Gw perihal dekorasi kamar Bang Sani.

”Ohh, udah Pak. Nanti malem katanya semuanya mau dipasang. ” jawabnya.

”Kamu udah tau belom, Sin? ” tanya Bu Nisa ke Kak Sinta.

”Belom, Bu. Apa tuh? ”

”Jadi gini, Kak. ” ucap Gw mulai menjelaskan.

”Yang aku ceritain, kalo aku ngentot sama Bu Nisa di kamar Bang Sani sampe kasurnya rusak itu. ” jelas Gw.

”Nah, aku minta Bu Lena buat rapihin kamarnya Bang Sani supaya kalo kita mau main lagi jadi lebih enak. Dan suaranya enggak keluar. ” lanjut Gw.

”Ohh, gitu. ” jawabnya sambil duduk di bangku luar kelas.

”Kamu dijemput, Sin? ” tanya Bu Nisa sambil ikut duduk di sebelah kiri Kak Sinta. Gw pun ikut duduk di sebelah kanan Kak Sinta sehingga kami mengapitnya.

”Enggak, Bu. Saya naik ojol aja. Kalo ibu? Bareng Jaka? ”

”Iya nih, saya bareng si bujang aja. Hahaha. ”

”Tapi enggak lanjutin yang tadi kan? ” tanyanya cemburu.

”Enggak atuh, kasian Jaka kecapean. ”

”Tenang, Kak. Besok kakak bisa ngerasain ini. ” ucap Gw sambil memegang kontol Gw dari luar celana.

Lalu Kak Sinta meremas lembut kontol Gw dari luar celana. Dielus-elusnya sambil berkata.

”Aku pegang omonganmu. ”

”Tapi kamu pegang kontolnya Jaka juga, Sin. ” ucap Bu Nisa dilanjutkan dengan tawa kami bertiga.

Bersambung

点击屏幕以使用高级工具 提示:您可以使用左右键盘键在章节之间浏览。

You'll Also Like